Tentunya kalian sering melihat teman sebayamu yang memamerkan pencapaian hidup atau barang mewahnya bukan? Jika iya, maka itu termasuk contoh gaya hidup flexing.
Tidak jarang orang kini berusaha untuk menunjukkan diri mereka di media sosial demi mendapatkan pengakuan. Media sosial tampil bak menjadi wahana baru untuk flexing kehidupan sehari-hari. Lantas, apa itu flexing sebenarnya? Apa saja penyebab dan bahaya flexing di masa depan?
Apa itu Gaya Hidup Flexing?
Flexing adalah perilaku seseorang yang menyombongkan diri sendiri secara berlebihan. Sederhananya, flexing berarti kecenderungan seseorang yang gemar pamer.
Biasanya, seseorang melakukan flexing terkait beberapa hal penting seperti karier, uang, barang mewah, keberhasilan, dan lain sebagainya.
Contohnya, salah satu teman Anda sedang membeli tas branded seharga ratusan juta dan memamerkannya di Instagram Stories.
Lantas, apakah semua unggahan yang sifatnya material bisa dianggap flexing? Flexing atau tidaknya, semua itu tergantung dari niat atau motif individu. Jika seseorang hanya ingin berbagi pengalaman, biasanya ia akan cukup memberikan informasi seperlunya tanpa harus menunjukkan keunggulan diri dan merendahkan orang lain.
Penyebab Flexing di Media Sosial
Fenomena flexing di media sosial bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena hal-hal di bawah ini.
-
Adanya Rasa Gengsi
Orang yang gemar flexing di media sosial biasanya memiliki rasa gengsi tinggi. Mereka merasa perlu menunjukkan pencapaian ataupun kepemilikan barang-barang mewah. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan citra yang unggul di mata orang lain.
-
Butuh Pengakuan
Penyebab lain dari gaya hidup flexing adalah adanya rasa haus akan pengakuan. Dengan memamerkan kekayaan, seseorang berharap mendapatkan pujian, likes, atau komentar positif dari orang lain.
Pengakuan ini memberikan rasa validasi yang membuat Anda merasa lebih baik, meskipun hanya sementara.
-
Perasaan Insecure
Percayalah, di balik perilaku yang suka pamer, ada rasa ketidakpercayaan diri di belakangnya. Rasa insecure ini yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk melakukan flexing.
Misalnya, rasa insecure timbul akibat banyak orang yang sering memamerkan pencapaian karier mereka. Hal ini bisa saja menimbulkan perasaan takut dan tidak percaya diri sehingga berkeinginan untuk menunjukkan keberhasilannya juga.
Kenali Bahaya Flexing
Jika kebiasaan flexing terus dilakukan, dampaknya bisa jauh lebih serius daripada sekadar pencitraan di media sosial.
-
Krisis Identitas Diri
Seseorang yang berusaha memamerkan dirinya secara terus-menerus bisa saja akan kehilangan jati diri. Mengapa demikian?
Anda mungkin saja hanya akan mengenal dan mempersepsikan diri Anda sebatas materi. Anda akan kesulitan mengenal karakter dan kemampuan yang sebenarnya sudah dimiliki. Anda hanya akan berpatokan dengan pengakuan orang lain.
-
Kesulitan Finansial
Flexing biasanya membutuhkan banyak dana. Untuk mempertahankan lifestyle yang mewah, tidak sedikit orang rela menghabiskan tabungan mereka bahkan sampai berhutang.
Tidak jarang, demi menuruti keinginan, seseorang terjerat dalam pinjaman online atau utang kartu kredit yang menimbulkan permasalahan finansial.
-
Memicu Depresi
Ketika seseorang berusaha membandingkan kesuksesan atau kekayaan orang lain, hal ini bisa menyebabkan timbulnya perasaan stres, rendah diri, dan membentuk tekanan sosial.
Konsekuensinya, Anda akan mudah merasa cemas dan bisa memicu depresi. Tentu, Anda tidak ingin ini terjadi, bukan?
Maka dari itu, dengan mengenali penyebab dan bahaya gaya hidup flexing, Anda tentu menjadi paham bahwa perilaku tersebut hanya akan sia-sia. Hindari flexing dan mulailah untuk fokus dengan kebahagiaan diri sendiri tanpa harus membandingkannya dengan orang lain.