Kejamnya Sejarah Perang Australia yang Menimpa Suku Aborigin

Sejarah perang Australia terjadi setelah kedatangannya pada tahun 1788. Tentu menjadi permukaan pendudukan narapidana buangan Inggris ke Australia. James Cook yang mendarat pertama kali mengklaimnya sebagai milik Britania Raya.

Profesor Henry Reynolds adalah salah satu sejarawan Australia yang paling dihormati dan ahli peperangan. Ketika dia mulai mengajar sejarah pada tahun 1966, hampir tidak ada referensi tentang orang Aborigin dalam buku-buku sejarah.

Padahal sebelumnya terdapat pribumi yakni suku Aborigin sebelum kedatangan Inggris. Bahkan terdapat penjajahan hingga pembantaian selama kurang lebih 120 tahun. Bahkan banyak laporan dan bukti kekejaman terhadap orang pribumi.

Sejarah Perang Australia Terjadi Diseluruh Benua

Kemudian menjadi penyebab sejarah perang Australia dan keluar konflik brutal. Perang ini berlangsung diseluruh benua karena kedatangan pertama pada 1788. Lalu terjadi sampai pertengahan 1930-an, tapi tidak diajarkan sama sekali. Bahkan oleh pemerintah setempah tidak mendapatkan pengakuan sebagai suatu perang sampai akhir abad ke-20. Terdapat seorang Profesor bernama Henry Reynolds yang mengajarkan sejarah. Tapi tidak menyebutkan tentang Aborigin.

Apalagi mengatakan kalau konflik tersebut seperti perang gerilya. Apalagi dianggal terlalu kecil dan tidak terdapat pertempuran seperti pertempuran besar. Cara pendang menganggap adanya perbedaan penyebutan konflik tersebut. Berdasarkan sejarawan yaitu Dr. Nicholas Clements, seharusnya dokumen kolonial menjadi perang. Tapi pada abad ke-20 maupun ke-21 tidak lagi seperti itu. Alasan politik merupakan dasar kenapa tidak menyebutkan sebagai perang.

Dalam sejarah perang Australia, masalah politik dimulai oleh kontradiksi hukum Inggris dan Terra Nullius. Kemudian suku Aborigin digunakan subjek kerajaan. Artinya Inggris tidak bisa menetapkan pertempuran secara resmi pada Aborigin. Penyebabnya tidak lain jika menyatakan perang, artinya akan melawan negaranya sendiri. Tapi tetap saja Inggris memanfaatkan besarnya kekuatan militer yang dimiliki. Tujuannya agar mendukung keberhasilan menduduki benua Australia.

Mabo dan Penggulingan Terra Nullius di Australia

Terjadinya sejarah perang Australia bisa mendapatkan pengakuan setelah munculnya proklamasi Terra Nulius. Tentu secara hukum bisa ditantang atau digulingkan. Lalu pada awal 1990-an, selanjutnya muncul keputusan Mabo. Orang Aborigin dianggap tidak memiliki hak terhadap tanah yang telah diduduki. Terutama karena hak legalitas atas tanah di klaim Inggris. Setelah 1992, tidak lagi dinyatakan perang tapi kontrol atas wilayah.

Dr. Clements menyatakan jika sikap Kerajaan Inggris menjadi anomali sejarah. Apalagi mengakui hak kepemilikan tanah adat yang ada di Australia. Dasar pemikirannya salah karena tidak mengakui kedaulatan pribumi aslinya. Inilah alasannya tidak terdapat perjanjian atau upaya negosiasi bersama masyarakat lokal. Bahkan sejarawan sulit melihat sudut hukum terhadap hal tanah tersebut. Kegagalan negosiasi menjadi penyebab pertumpahan darah.

Skala konflik dalam sejarah perang Australia begitu besar. Museum Nasional Australia menyimpan setidaknya 400 jenazah leluhur suku Aborigin. Hal ini menjadi bentuk pembantaian, eksekusi dan pemenggalan pada para leluhur. Jika melihat dari sejarahnya pernah terjadi Black War atau Perang hitam (1824-1831) di Tasmania. Tentu menjadi perang terbesar karena banyak kekerasan. Otoritas kolonial juga membuat ketakutan besar bagi penduduk Tasmania.

Orang eropa berhasil memenangi wilayah perbatasan dan menguasai Tasmania secara keseluruhan. Pastinya bukan menjadi awal baik melainkan tambah buruk. Terlebih semakin banyak penyiksaan, kekerasan bahkan pembunuhan terjadi. Pada dasarnya masalah ini dibawa terus oleh keturunan suku Aborigin yang masih hidup. Kolonial Inggris mulai melakukan pergerakan secara keras pada seluruh wilayah Australia. Tujuannya untuk mendapatkan penguasaan secara menyeluruh.

Kekejaman Penyiksaan Terhadap Suku Aborigin

Konflik yang terjadi dalam sejarah perang Australia faktanya tidak mengejutkan. Apalagi semakin parah dengan munculnya kekerasan seksual. Tentu menjadi salah satu pemicu kekerasan yang sebenarnya telah umum terjadi. Pemerkosaan maupun penculikan dilakukan secara sistematis pada wanita Aborigin. Artinya mempengaruhi keberlangsungan hidup klan Aborigin. Hanya sedikit keturunan suku Aborigin yang ada di Tasmania karena telah musnah.

Demi menghancurkan perlawanan dari suku Aborigin, kolonial membuat Polisi Pribumi. Bahkan membentuk juga pasukan paramiliter yang profesional dan terlatih. Tentu akan menanamkan teror yang diberikan pada bangsa Aborigin. Dalam sejarah perang Australia, Inggris merekrut para tentara pribumi sebagai kekuatan utama. Bahkan diberi senjata, seragam hingga kuda untuk melawan Aborigin. Belum lagi dengan manipulasi yang diberikan petugas kulit putih.

Jumlah korban yang tewas karena polisi pribumi di Queensland hingga 60-80 ribuan. Hal ini mengejutkan karena jumlahnya tidak terhitung pasti. Tentu menyebabkan moral tidak lagi ditemukan dalam urusan jahat Inggris. Dalam berbagai dokumenter telah disebutkan banyak keturunan Aborigin selamat melihat keluarganya di bantai. Walaupun diduduki oleh keturunan Inggris, tanah Australia harusnya milik Aborigin. Artinya termasuk sebagai tanah curian.

Masalah besar yang terjadi pada saat itu seperti penularan penyakit ras kulit putih juga terjadi. Pastinya menjadi siksaan karena termasuk penularan penyakit seksual hingga influenza. Tentu tidak pernah ditemukan sebelumnya. Ditemukannya arsip kolonial Australia yang mencatatkan 1824-1908 menyebutkan 10 ribu Aborigin tewas. Kematiannya disebabkan oleh masalah wajar maupun alasan lain. Jadi, sejarah perang Australia sangat kelam bagi suku Aborigin.

About the author